here. taken from my diary.
"17 Agustus 2010.
PAGI
Gue rasa bakal terlalu banyak yang harus gue ceritain, gue tumpahin disini. Perasaan campur aduk. Mood bertrampolin. Kalo diibaratkan panci, gue itu... pantatnya. Gue juga bingung apa maksudnya.
Kisah agustus ria diawali waktu rey berubah. Super duper posesif. Bukan yang dulu gue kenal. Sejak saat itu gue berfikir, dan.. istilahnya... sadar dari... KOMA? Apa yang terjadi adalah selama ini gue buta karena cinta yang besar sebelah. Mungkin terlalu berat bahasanya tapi.. that’s it. Saat itu juga gue ketemu haryo. Haryo Ramadantyo. Sempet ga ngira dia bakal sejauh ini masuk ke dunia gue. Salah. Terlalu jauh mungkin, tapi ya harus gimana lagi.
Dia temen di sma gue. Ketemu pertama waktu mos. At first sight... interesting. Familiar. Gak lama setelah masuk sekolah gue di-re-meet sama dia lewat temen smp gue. Ga nyangka kalo akhirnya gue ada perasaan, yang mungkin gue gabakal tau kenapa bisa sampe kaya sekarang. Yang ga disangka sangka, seorang temen gue bilang.. dia suka sama gue, sejak mos. Perasaan yang sama yang gue alamin saat itu. Serasa vertigo. Mau meledak rasanya.
Tapi ya... kenyataannya gue masih berhubungan sama rey. Yang jelas gue sadar rasa gue ke rey udah mulai luntur, bahkan hilang, seiring dengan perubahannya. Saat itu gue bener bener ga mengerti, sedikitpun, apa yang terjadi. Keadaan jadi semakin sulit, setidaknya buat gue. Hubungan selama apapun kalo udah ga didasarin saling sayang, dan pengertian, ga akan pernah berhasil. Dan cuma itu yang gue dapet dari rey. Rasa sakit hati. Rasa gak diterima. Semuanya bercampur aduk jadi satu adonan, meracuni hati dan pikiran gue, menyiram otak gue dengan air dingin. Dan semua itu bikin gue tersadar. Apa yang gue lakuin selama ini, semuanya membingungkan. Bahkan buat dijelasin dengan kata kata saat ini.
Ga bisa dipungkiri lagi, bahkan oleh siapapun. Apa yang udah haryo lakuin ke gue sangat lebih dari cukup untuk nutupin semua luka yang rey buat. Semua feeling yang haryo punya tentang gue, gatau kenapa begitu kuat.
Sampai pada malem itu haryo berubah. Dingin. Beda dari biasanya. Dia mulai ngerasa, kalo gue cuma manfaatin dia, sebagai pelarian dari luka rey. Goddamned gue ngerasa lebih dari itu.gue mencoba lurusin semuanya. Everything’s gotta be okay. Dan malam itu gue mengatakan kalo gue sayang sama dia, gue peduli. Dan dia bilang... adadeh. Kenapa? Kepala gue ga bisa berhenti mikirin kata kata itu. Sakit. Rasa sakit itu juga yang guyur seluruh badan gue dengan air panas. Gue salah mempertahankan sesuatu yang jelas ga akan ada akhir bahagianya. Malam itu juga gue telfon rey, kasihtau semuanya, apa yang gue rasa. Dan dia ga terima, tanpa satu kata maafpun. Sakit. Kayak... ditusuk dengan 5 mata samurai yang berbeda dari seluruh arah, ditarik, ditusuk lagi satu satu. Jadi, selesailah semua urusan gue sama rey.
Besoknya, jam 5 sore. Hari senin 2 agustus 2010. Dia bilang, dia mau catet hari itu selamanya di sejarah hidupnnya. Jadi teman hidup gue saat itu, saat seneng, ataupun susah. Lebay.
Sampai saat ini.
Menurut gue, semua cobaan yang ada untuk sebuah hubungan berumur 2 minggu harusnya ga seperti apa yang gue dan haryo lewatin. Begitu sulit, kompleks, rumit, impossible. Pengen rasanya kadang gue hidup di limbo. Terasing dari kehidupan mimpi di dalam mimpi. Tapi seseorang bangunin gue. Ngajak gue untuk kembali berfikir nyata. Berfikir kalo gue masih punya dia, seseorang untuk gue perhatiin, untuk gue sayang, untuk gue peduliin.
Entah apa namanya ini, tapi semua maze dan labirin yang gue lewatin ini jelas lebih rumit daripada konsep insepsi. Labirin bertingkat."
and that's the way i love you.
Love,
-B.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar